cover
Contact Name
-
Contact Email
aljamiah@uin-suka.ac.id
Phone
+62274-558186
Journal Mail Official
aljamiah@uin-suka.ac.id
Editorial Address
Gedung Wahab Hasbullah UIN Sunan Kalijaga Jln. Marsda Adisucipto No 1
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies
ISSN : 0126012X     EISSN : 2338557X     DOI : 10.14421
Al-Jamiah invites scholars, researchers, and students to contribute the result of their studies and researches in the areas related to Islam, Muslim society, and other religions which covers textual and fieldwork investigation with various perspectives of law, philosophy, mysticism, history, art, theology, sociology, anthropology, political science and others.
Articles 14 Documents
Search results for , issue "No 55 (1994)" : 14 Documents clear
Spiritualitas Dan Kesusastraan Indo-Muslim Annemarie Schimme
Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies No 55 (1994)
Publisher : Al-Jami'ah Research Centre

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ajis.1994.550.96-103

Abstract

Barangkali reaksi pertama yang timbul dalam pikiran seorang barat Ketika mendengar kata “India” adalah Taj Mahal, karena Taj ini dipandang sebagai pengejahwantahan dari keindahan india. Orang yang tertarik kepada sejarah agama mungkin akan berfikir bahwa Upanishad adalah ungkapan kearifan tertinggi, sejak Anquetil-Duperron menerjemahkannya ke dalam Bahasa lain pada tahun 1801. Tetapi sedikit orang yang mengetahui bahwa Taj Mahal adalah suatu karya seni Islam dan terjemahan Upanishad dalam Bahasa Persia, yang menjadi dasar terjemah Anquetil-Duperron, adalah karya Dārā Shikoh, serang putra mahkota Imperium Mughal yang cenderung kepada mistik, yang dieksekusi oleh adiknya, Aurangzeb, pada tahun 1069/1659 karena dianggap telah menyimpang. Kedua pangeran tersebut termasuk diantara 14 putra Mumtāz Mahal, yang untuk mengenang dirinyalah Taj Mahal itu dibangun, dari suaminya Shahjahan, penguasa Mughal kelima dari keurunan Timur di India.  
Hukum-Hukum Sejarah (Penelusuran terhadp Konsepsi Al-Qur’an) Siti Mariyam
Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies No 55 (1994)
Publisher : Al-Jami'ah Research Centre

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ajis.1994.550.8-17

Abstract

Peristiwa   sejarah seringkali   dipandang sebagai satu   kenyataan   yang terjadi   secara    kebetulan, tanpa    ada    hukum   maupun    ketentuan    yang meogaturnya. Ataupun sebaliknya, ia dipandang sebagai satu lakon sandiwara yang sudah ditentukan skenarionya oleh sang sutradara dan yang pelakunya tidak bisa mengubah   alur ceriteranya.   Kalau peristiwa sejarah dikatakan sebagai   peristiwa   kebetulan, berarti perbuatan   manusia tidak mempunyai makna. Padahal sebelum berbuat, meskipun tidak selalu, manusia mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu atau   ada   yang   mendorongnya   untuk berbuat dan, lebih jauh lagi, ada sasaran yang ingin dituju.  Sementara itu, manusia juga sering merekayasa perbuatan-perbuatannya sehingga melahirkan alur cerita yang "menyimpang" dari apa yang seharusnya. Melihat  peristiwa sejarah  berarti melihat  peristiwa-peristiwa yang  unik. Lalu dari peristiwa-peristiwa yang unik itu dapatkah diambil generalisasi? Adakah hukum-hukum tertentu dalam sejarah'? Adakah gerak maju atau evolusi dalam sejarah?   Semua itu adalah sebagian dari persoalan yang dibicarakan dalam disiplin filsafat sejarah. Al-Qur'an banyak   berbicara   tentang   kisah-kisah   masa   Iampau umat manusia. Ada yang secara konkrit dan rinci, ada pula yang secara global, ada yang eksplisit dan ada yang implisit. AI-Qur'an juga menyeru agar manusia mengkaji peristiwa-peristiwa masa lampau itu dan mendorong manusia agar melakukan   penyelidikan yang   menyeluruh    dan   tuntas   mengenainya.   Di samping   itu, AI-Qur'an juga   memuat   konsep-konsep   filosofis   mengenai sejarah. Penulisan ini merupakan penelusuran terhadap konsepsi Al-Qur'an mengenai hukum-hukum sejarah. Penelusuran ini dilakukan dengan memakai metode   maudit (tematik).   Ayat-ayat yang   terkait   dengan   tema pokok, meskipun secara harfiah tidak, diangkat untuk kemudian dijelaskan dalam kerangka pemikiran filsafat sejarah.
Memahami Kitab kuning Melalui Terjemah Tradisional (Suatu Pendekatan Tradisional terjemahan Pondok Pesantren) Aly Abubakar Basalamah
Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies No 55 (1994)
Publisher : Al-Jami'ah Research Centre

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ajis.1994.550.61-69

Abstract

Abd al-Wakil al-Darūbī mendefinisikan terjemah sebagai berikut:التر جمة نقل الكلام من لغة عن الى لغة عن طريق التدرج من الكلمات الجزئية ثم الجمل ثم المعانى الكليةTerjemah adalah mentransfer al-kalam dari satu bahasa ke Bahasa yang lain secara bertahap, dari bagian-bagian kata, kalimat, dan arti keseluruhan. Berangkat  dari  pengertian  terjemah di atas,  maka upaya  memahami  Kitab• Kuning (KK) bertolak dari memahami bahasa KK yaitu bahasa Arab sebagai bahasa  sumber  (BSu)  yang  memiliki  perbedaan  deogan  bahasa  Indonesia sebagai  bahasa  sasaran  (BSa).  Perbedaaan  di  sini bukan  hanya  perbedaan bahasa sebagai satu sistem struktur, tetapi juga berdasarkan perbedaan bahasa sebagai basil kebudayaan yang berbeda. Oleh karena itu, menerjemah itu tidak. sekedar mencari padanan  kata, makna leksikal, gramatikal dan sintaksis,  tapi perlu memperhatikan teks yang a.kan diterjemah, baik dari segi isi teks, ragam bahasanyadan  latar bela.kangnya kalau ada. Dari definisi  terjemah di atas juga nyata betapa penting memperhatikan perbedaan  satuan semantis  yang diletakkan dalam tatanan kata,  frase kalimat clan wacana.  Pembagian satuan semantis seperti ini akan tampa.k kegunaanoya jika kita menyadari  bahwa kata kadang-kadang  baru jelas artinya jika berada dalam  lingkungan   kata  lain,  misaloya  dalam  frase,  kalimat  atau  wacana. Begitu juga dengan  frase,  arti  frase baru jelas jika berada dalam lingkungan kalimat atau  wacana.  Kalimat  itu  seodiri,  yang  dianggap  mengandung   arti lengkap, sering pula tidak dapat diartikan secara tepat tanpa menempatkannya dalam lingkungan yang lebih luas, misalnya dalam ruang lingkup wacana. Abstraksi seperti ini kiranya yang dapat kita angkat dari model  terjemah KK yang telah menjadi sistem yang dianut oleh pondok pesantren kita di Indonesia untuk  memahami  KK yang  isinya  banya.k menyentuh  kaidah-kaidah agama Islam, baik yang menyangkut  aKidah, syari'ah, akhlak clan tasawuf sehingga ditempuh sistem terjemahan yang mementingkan  keutuhan stuktur BSu.
Post Modernisme Perspektif Pemikiran Kultural Keagamaan M. Masyhur Amin
Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies No 55 (1994)
Publisher : Al-Jami'ah Research Centre

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ajis.1994.550.104-109

Abstract

Dunia pemikiran biasanya dihadapkan kepada dua kubu yang dikhotomis, yaitu tradisionalisme dan modernism, baik yangmenyangkut pemikiran keagamaan maupun social budaya. Tradisionalisme diidentikkan dengan sikap budaya dan pemikiran keagamaan yang konservatif, tertutup, kurang menghargai waktu, percaya pada tahayul, lamban dalam mengantisipasi perubahan, dan sebgainya. Sementara itu, modernism diidentikkan dengan progress, terbuka, menghargai waktu, mempunyai perencanaan program yang matang, melihat kedepan, cepat mengantisipasi perubahan, dan seterusnya. Ada kesan, seakan-akan tradisionalisme itu lambing keterbelakangan, sementara modernism lambing kemajuaan, tanpa melihat lebih dalam, filosofi yang melatari pemikiran tradisionalisme dan modernism itu, bahkan juga buta terhadap kebaikan yang terdapat dalam tradisionalisme dan kelemahan modernism.
The Writing of the Biography of Muhammad Barmawy Munthe
Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies No 55 (1994)
Publisher : Al-Jami'ah Research Centre

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ajis.1994.550.18-25

Abstract

Andrew Rippin says that, "biography   is a powerful mirror   for the reflection of the ideals, as well as the standards, of the age in which it is written, and thus may be seen to reflect the contemporary situation of its authors in the very construction of the facts which the work   intends to records".'  Also, biography   tend to idealize a person or his life and often serves a medium for expressing the ideas and ideals of the writer. Muhammad  has been a man about  whom  many studies  have been done. Discussion   on Muhammad   reflects   the image and   inspiration of writers whether they be medieval Muslims and Christians or modem   Muslims and modern scholars. Depending on the time to which different writers belong, the writing of biography of Muhammad has different trends which depend on the writer's backgrounds and interest or for different purposes   using different starting points. This paper examines some scholars' inequality ideas and ideals and their illustration on Muhammad on the different times they belong. It seems that medieval Muslim writers have discussed the biography of Muhammad in a mythical and apologetic view.  Among them that be becomes extraordinarily significant; as a Holy Prophet, as the Messenger of God and as the example of the ideal practice of the teachings of Islam.  Ibn Ishaq (702-767), in his The Life of Muhammad, says that being a messenger of God. Muhammad was a statesman and a great diplomat who established a good relationship with the Jews of Madinah and was victorious in many maghazis (wars) with the help of supernatural power. Ibn Ishaq provides  a richly embellished life of Muhammad   which concentrates on the many miracles which God made him perform, especially those in the early part of his life.
Sinkretisme Dalam Kontak Agama dan Budaya Di Jawa M. Wasim Bilal
Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies No 55 (1994)
Publisher : Al-Jami'ah Research Centre

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ajis.1994.550.110-120

Abstract

Dalam kesejarahan agama-agama, agama akan selalu tersebar melintasi batas-batas geografis kepercayaan atau budaya lain. Dalam penyeebarannya tidak dapat dihindari adanya kontak, hubungan, pertemuaan atau pergumulan, percampuran dan peleburan dengan agama-agama, kepercayaan-kepercayaan, dan budaya setempat. Dalam penyebaran agama dimaksud, sering dilakukan dengan jalan damai oleh para penyiarnya  dan tidak jarang dilakukan dengan melalui peperangan (Pedagang). Kalau agama disebarkan dengan cara ekspedisi militer dengan sendirinya aka nada bangsa yang ditaklukkan dan bangsa yang menaklukkan. Dalam penaklukan ini antara budaya pendatang seringkali dapat hidup berdampingan dengan budaya yang ada  (yang didatangi) akan tetapi tidak jarang terjadi saling mengadopsi, saling memungut, saling mengisi dan saling mempengaruhi  antar kepercayaan (budaya) penaklukkan. Dalam pertemuan atau percampuran ini seringkali tidak terjadi perubahan struktur dan sifat dari kepercayaan dan budaya yang saling bertemu akan tetapi juga seringkali tidak terjadi perubahan struktur asasinya sehingga masih memiliki identitas masing-masing (1). Dalam perjalanan kesejahteraan dari agama, kepercayaan dan budaya, biasanya akan menimbulkan beberapa problem identitas bagi agama, kepercayaan dan budaya, biasanya akan menimbulkan beberapa problem identitas bagi agama atau budaya, biasanya akan menimbulkan beberapa problem identitas bagi agama atau budaya tersebut, dan fenomena percampuran dua agama (dan Budaya) atau lebih, baik saling meminjam atau saling memungut tadi, biasanya diberi label dengan sikretisme.
Misteri di Sekitar Sejarah Pengislaman Nusantara M Musa
Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies No 55 (1994)
Publisher : Al-Jami'ah Research Centre

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ajis.1994.550.26-34

Abstract

lslamisasi   Nusantara     adalah   topik yang   banyak   menarik   perhatian kalangan sejarawan.  Kapan, dari mana dan bagaimana penduduk   Nusantara mulai menganut agama Islam, telah diperdebatkan di berbagai tulisan dan seminar-seminar. Karena langkanya bukti-bukti, kesimpulan dari proses yang rumit ini belum juga sampai   ke titik yang memuaskan.   Menurut   M.C. Ricklefs, biarpun islamisasi Nusantara   adalah proses   yang sangat penuog dalam sejarah Indonesia, namun juga yang paling tidak jelas. Sejarah Islam Nusantara, terutama di masa awal, memang galau dan rumit.   Azyumardi   Azra, dalam kata pengantar   untuk buku suntingannya. Perspektif Islam di Asia Tenggara, menyebut kegalauan dan kerumitan itu terutama karena kajian-kajian sejarah   Islam   dengan   berbagai   aspeknya di wilayah ini, oleh sejarawan asing maupun pribumi, hingga kini belum mampu merumuskan    suatu   paradigma    historis   yang   dapat   dijadikan   pegangan bersama. Ada perbedaan-perbedaan dasar di kalangan para ahli yang kadang kadang sulit dipertemukan sama sekali.  Kedua, fenomena Islam di Nusantara demikian kompleks.  Islam bukanlah agama besar pertama yang tumbuh subur di sini.  Masing-masing agama itu, Hindu, kemudian Buddha, Islam dan lalu Kristen yang bergerak dan datang berurutan dalam urutan sejarah secara gars besar menawarkan model-model yang telah membentuk matriks budaya-agama pribumi selama ratusan bahkan ribuan tahun. Walaupun dampak tradisi agama agama besar ini pada pola-pola kebudayaan pribumi tingkatnya berbeda-beda dari tempat ke tempat, namun sering-sering   tampak mereka   kurang sekall meninggalkan lapisan-lapisan endapan yang dapat dibedakan dengan Islam. Justru, terjadilah persenyawaan yang unik di antara tradisi-tradisi agama itu, yang barangkali   tidak   ada   taranya   di   kawasan   lain. Islam juga  hars menghadapi  kompleksitas geografis kawasan ini,  dengan ribuan pulau dan iklim tropisnya yang sungguh-sungguh  sorga bagi rempah-rempah,   dan yang telah menarik segenap bangsa untuk datang dan mengadu untung.  Malaka, yang terletak di jantung geografis kepulauan ini, lebih dari sekedar suatu pusat perdagangan yang cosmopolitan par excellence di abad ke-15, tetapi juga pusat aktivitas budaya dan politik gerakan pribumi pemeluk agama Islam di kawasan ini. Akhirya, jumlah penduduk yang banyak dan kemajemukan etnisnya yang luar biasa, adalah keunikan Asia Tenggara di sisi lain.  Oleh karena itu, kita melihat banyak "Islam" di sini: Islam Melayu, Islam Aceh, Islam Bugis, Islam Sunda, Islam Jawa, Islam Madura dan sebagainya.  Belum termasuk kantong-kantong muslim dari belahan dunia Islam lain, yang sebagian telah menetap berabad-abad, bukan hanya menambah kompleksitas matriks agama, tetapi juga heterogenitas etnis.
Emansipasi Wanita Dalam an-Nidāu al-Khālid karya: Najib Al-Kailani Marjoko Idris Idris
Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies No 55 (1994)
Publisher : Al-Jami'ah Research Centre

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ajis.1994.550.77-84

Abstract

Untuk mengetahui sedikit lebih jauh sosok Najib Kailani dan berikut karyanya di   bidang   sastra, penulis· kenalkan   sosok   tersebut   dengan menggunakan rujukan tunggal dari buku Al-lttijh al-Islami fi A'mal (Najib Kailani) al-Qasasiyah, karya Abdullah ibn Salih al-' Arini. Najib Kailani nama lengkapnya adalah Najib ibn Ibrahim ibn Abdul-latif al-Kailani.  Lahir pada bulan Muharram 1350 H.   atau   tepatnya awal Juni 1931 M., di desa Syarsyabah, propinsi al-Garbiyah di Mesir. Karya   Najib   Kailani,    baik   di  bidang   sastra   maupun   kesehatan, diperkirakan  tidak  kurang  dari  58 judul buku  dan  beberapa  makalah  yang dimuat  di  berbagai  media  masa.  Sebagai karya sastra yang lahir di masa perjuangan kemerdekaan, tidak aneh manakala karya Najib Kailani tidak dapat diwarisi setelahnya secara keseluruhan.
“Aku” dalam Budaya Jawa Mohammad Damami
Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies No 55 (1994)
Publisher : Al-Jami'ah Research Centre

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ajis.1994.550.121-133

Abstract

Manusia adalah makhluk hidup yang memiliki nivo tertinggi: ia disebut human. Mengapa? Salah satu sebabnya adalah  karena hanya manusia saja yang benar-benar menyadari terhadap “aku”-nya dan yang benar-benar ingin mengetahui secara total “aku”-nya sendiri itu. Mengapa manusia senantiasa “menyadari” dan “ingin mengetahui” secara itu? Karena hanya manusia saja yang merasa senantiasa berharap dengan diri sendiri dalam dunianya, demikian menurut N. Driijakara, S.J. Penyadaran dan pengetahuan terhadap diri sendiri, bagi manusia, sangat bermakna bagi kehidupan mereka. Kata Soedjatmoko, “ada atau tidaknya keberanian hidup, ketabahan dalam menghadapi rintangan, inisiatif dan kreativitas seseorang, dan ada atau tidaknya tekad pada suatu bangsa untuk maju dan sekaligus menangani masalah kemiskinan masal, serta ketidakadilan masyarakatnya, sangat ditentukan oleh konsepsi tentang aku ini. 
Sufi dan Penguasa Perilaku politik kaum tarekat di Priangan abad XIX-XX Dudung Abdurrahman
Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies No 55 (1994)
Publisher : Al-Jami'ah Research Centre

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ajis.1994.550.35-52

Abstract

Para ahli memberikao indikasi bahwa Islam yang tersebar untuk pertama kalinya di Indonesia adalah bercorak sufistik. Di antara mereka misalnya A.H. Johns, seorang ahli filologi Australia menyatakan bahwa agama ini menyebar berkat usaha para penyiar ajaran tasawuf yang telah menjadi anggota sesuatu ordo tarekat; mereka adaJah musafir-musafir dari Bagdad setelah kota itu diserbu tentara Mongol pada tahun 1258 (Koentjaraningrat, 1984:53).  Hal ini dapatlah dipahami karena tasawuf ketika itu merupakan corak keagamaan yang dominan di dunia Islam. Di samping itujuga perkembangan tasawuf tidak lagi merupakan gerakan individual dari elit-elit kerohanian, melainkao ia telah berkembang dalam bermacam-macam aliran tarekat yang ratusan jumlahnya. Melalui gerakan inilah tasawuf bisa bersifat kolektif dan dapat dijalankan oleh segala lapisan termasuk orang-orang awam, karena tarekat tampak lebih mengutamakan aspek praktis dari ajaran-ajaran tarekat itu. Seiring dengan islamisasi itu, sejarah Indonesia pun telah mencatat begitu banyak sumbangan yang telah diberikan oleh kaum tarekat terutama berupa saham budaya dalam proses panjang difusi Islam di tanah air.  Bila pada abad-abad pertama dalam proses tersebut terpusat di kota-kota pesisir, maka pada akhir abad XVIII para guru tarekat mulai memasuki daerah pedesaan. Mereka membangun pesantren dan   mengajarkao ajaran agama yang pragmatikal kepada para petani. Melalui cara seperti ini Islam dapat berkembang daJam suasana dialog dan integrasi, sehingga ia tampil sebagai pengisi kevacuman budaya akibat jatuhnya kerajaan-kerajaan lokal Hindu dan penetrasi Belanda yang sangat kuat.  Demikian pesatnya pengaruh tarekat, bahkan pada akhir abad XIX para penganutnya telah mengambil peran politik yang sangat pentiog dalam gerakan-gerakan rakyat, khususnya di pulau Jawa.

Page 1 of 2 | Total Record : 14


Filter by Year

1994 1994


Filter By Issues
All Issue Vol 61, No 1 (2023) Vol 60, No 2 (2022) Vol 60, No 1 (2022) Vol 59, No 2 (2021) Vol 59, No 1 (2021) Vol 58, No 2 (2020) Vol 58, No 1 (2020) Vol 57, No 2 (2019) Vol 57, No 1 (2019) Vol 56, No 2 (2018) Vol 56, No 1 (2018) Vol 56, No 1 (2018) Vol 55, No 2 (2017) Vol 55, No 2 (2017) Vol 55, No 1 (2017) Vol 55, No 1 (2017) Vol 54, No 2 (2016) Vol 54, No 2 (2016) Vol 54, No 1 (2016) Vol 54, No 1 (2016) Vol 53, No 2 (2015) Vol 53, No 2 (2015) Vol 53, No 1 (2015) Vol 53, No 1 (2015) Vol 52, No 2 (2014) Vol 52, No 2 (2014) Vol 52, No 1 (2014) Vol 52, No 1 (2014) Vol 51, No 2 (2013) Vol 51, No 2 (2013) Vol 51, No 1 (2013) Vol 51, No 1 (2013) Vol 50, No 2 (2012) Vol 50, No 2 (2012) Vol 50, No 1 (2012) Vol 50, No 1 (2012) Vol 49, No 2 (2011) Vol 49, No 2 (2011) Vol 49, No 1 (2011) Vol 49, No 1 (2011) Vol 48, No 2 (2010) Vol 48, No 2 (2010) Vol 48, No 1 (2010) Vol 48, No 1 (2010) Vol 47, No 2 (2009) Vol 47, No 2 (2009) Vol 47, No 1 (2009) Vol 47, No 1 (2009) Vol 46, No 2 (2008) Vol 46, No 2 (2008) Vol 46, No 1 (2008) Vol 46, No 1 (2008) Vol 45, No 2 (2007) Vol 45, No 2 (2007) Vol 45, No 1 (2007) Vol 45, No 1 (2007) Vol 44, No 2 (2006) Vol 44, No 2 (2006) Vol 44, No 1 (2006) Vol 44, No 1 (2006) Vol 43, No 2 (2005) Vol 43, No 2 (2005) Vol 43, No 1 (2005) Vol 43, No 1 (2005) Vol 42, No 2 (2004) Vol 42, No 2 (2004) Vol 42, No 1 (2004) Vol 42, No 1 (2004) Vol 41, No 2 (2003) Vol 41, No 1 (2003) Vol 41, No 1 (2003) Vol 40, No 2 (2002) Vol 40, No 1 (2002) Vol 39, No 2 (2001) Vol 39, No 1 (2001) Vol 38, No 2 (2000) Vol 38, No 1 (2000) No 64 (1999) No 63 (1999) No 62 (1998) No 61 (1998) No 60 (1997) No 59 (1996) No 58 (1995) No 57 (1994) No 56 (1994) No 55 (1994) No 54 (1994) No 53 (1993) No 52 (1993) No 51 (1993) No 50 (1992) No 49 (1992) No 48 (1992) No 47 (1991) No 46 (1991) No 45 (1991) No 44 (1991) No 43 (1990) No 42 (1990) No 41 (1990) No 40 (1990) No 39 (1989) No 37 (1989) More Issue